Kategori
News Article

CCUS: Solusi Strategis Indonesia Menuju Masa Depan Rendah Karbon

Indonesia saat ini berada pada tahap krusial dalam perjalanan menuju masa depan energi rendah karbon. Seiring meningkatnya kebutuhan energi dan tekanan global untuk mengurangi emisi, teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) muncul sebagai salah satu solusi paling strategis untuk menjaga keseimbangan antara ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan.

Profil Emisi CO₂ Indonesia

Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, Indonesia berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon global. Data terbaru menunjukkan bahwa emisi karbon dioksida (CO₂) Indonesia meningkat tajam dari 35,8 juta ton (Mt) pada tahun 1970 menjadi sekitar 729 juta ton (Mt) pada tahun 2022. Lonjakan ini terutama disebabkan oleh dominasi bahan bakar fosil — seperti batubara, minyak, dan gas alam — dalam bauran energi nasional.

Gambar 1. Tren Emisi CO₂ di Indonesia (1970–2022). Sumber: Ramadhan et al. (2024) berdasarkan informasi dari Ritchie & Roser (2023)

Pertumbuhan ekonomi dan populasi yang pesat mempercepat peningkatan kebutuhan energi, sementara penggunaan energi terbarukan masih relatif rendah. Kondisi ini menegaskan urgensi bagi Indonesia untuk mengadopsi teknologi pengurangan emisi seperti CCUS demi mencapai target Net Zero Emission tahun 2060.

Teknologi CCUS menawarkan solusi konkret: menangkap emisi karbon langsung dari sumbernya (seperti pabrik, kilang, atau pembangkit listrik) dan menyimpannya secara aman di bawah permukaan bumi agar tidak kembali ke atmosfer.

Potensi Lokasi Penyimpanan CO₂ di Indonesia

Berdasarkan studi Ramadhan et al. (2024) dalam Energy Geoscience, Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan karbon dalam skala gigaton — salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Potensi tersebut tersebar di berbagai formasi geologi utama:

  1. Depleted Oil & Gas Reservoirs
    Lapangan minyak dan gas yang sudah tidak produktif menawarkan potensi besar untuk Enhanced Oil/Gas Recovery (EOR/EGR) sekaligus menjadi tempat penyimpanan CO₂. Total kapasitas: sekitar 2.822 MtCO₂ (≈ 2,82 GtCO₂). Lokasi utama: Sumatra dan Jawa.
  2. Saline Aquifers
    Formasi saline aquifer yang berada di bawah tanah memiliki kapasitas penyimpanan terbesar. Total kapasitas: 335.884 MtCO₂ (≈ 335,8 GtCO₂). Lokasi utama: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan (Borneo).
  3. Geological Storage Zones
    Wilayah dengan lapisan batuan berpori, seperti pasir batu dan kapur, juga berpotensi untuk penyimpanan jangka panjang yang aman dan stabil. Kapasitas total: 13.863 MtCO₂ (≈ 13,86 GtCO₂). Sebagian besar berada di Sumatra dan Jawa.

Dengan total potensi mencapai lebih dari 350 GtCO₂, Indonesia berpeluang besar menjadi pusat penyimpanan karbon (carbon storage hub) di kawasan Asia.

Gambar 2. Potensi Penyimpanan Karbon (CO₂) di Indonesia Berdasarkan Jenis Formasi Geologi. Sumber: Ramadhan et al. (2024) berdasarkan informasi dari Zhang & Lau (2022); Bokka & Lau (2023).

Peta Pengembangan Proyek CCUS di Indonesia

Saat ini, berbagai proyek CCUS telah dan sedang dikembangkan di seluruh Indonesia, termasuk:

  • Tangguh CCUS (Papua Barat) – 2026
  • Sakakemang CCS (Sumatra Selatan) – 2028
  • Central Sumatra Basin CCUS Hub – 2028
  • Kutai Basin dan Sunda Asri CCUS Hub (Kalimantan & Jawa) – 2029
  • Ramba EOR (Sumatra Selatan) – 2030

Inisiatif ini menunjukkan komitmen nyata Indonesia untuk mengintegrasikan riset, teknologi, dan industri dalam menekan emisi karbon nasional.

Gambar 3. Peta Pengembangan Proyek CCUS di Indonesia. Sumber: Ramadhan et al. (2024) berdasarkan informasi dari Sidemen (2023).

Mengapa CCUS Penting untuk Indonesia

Perubahan iklim kini menjadi tantangan global yang nyata, dan Indonesia berada di garis depan dalam upaya menekan emisi karbon tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Di tengah meningkatnya kebutuhan energi dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) hadir sebagai solusi strategis yang mampu menjembatani transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Melalui penerapan CCUS, Indonesia dapat memperoleh berbagai manfaat penting yang berdampak langsung pada sektor energi, industri, dan lingkungan, antara lain:

  • Menurunkan emisi karbon secara signifikan dari sektor industri berat dan energi.
  • Menjaga daya saing industri nasional di tengah kebijakan dan regulasi karbon global.
  • Memperpanjang umur aset migas nasional melalui proyek Enhanced Oil Recovery (EOR) berbasis CO₂.
  • Menarik investasi dan transfer teknologi di bidang energi bersih dan inovasi rendah karbon.
  • Mendukung target Net Zero Emission 2060, sekaligus membuka peluang ekonomi hijau baru bagi bangsa.

Dengan kekayaan geologi dan keahlian teknis di sektor energi, Indonesia memiliki modal kuat untuk memimpin implementasi CCUS di kawasan Asia — menjadikannya jembatan antara riset akademik, teknologi, dan penerapan industri nyata.

Kesimpulan

Teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) bukan sekadar konsep masa depan, tetapi solusi nyata yang sudah mulai diimplementasikan di berbagai wilayah Indonesia. Penerapan CCUS akan menjadi kunci transisi menuju ekonomi rendah karbon, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin energi berkelanjutan di Asia Tenggara.

Untuk mencapai hal tersebut, kolaborasi lintas sektor — antara pemerintah, industri, dan lembaga riset seperti OGRINDO ITB — menjadi faktor penentu keberhasilan.

📩 Mari berkolaborasi!
Untuk kerja sama riset, kemitraan industri, atau informasi lebih lanjut seputar inovasi CCUS, hubungi kami melalui email: info@ogrindoitb.com

📚 Sumber Referensi:

  • Ramadhan, R., Mon, M. T., Tangparitkul, S., Tansuchat, R., & Agustin, D. A. (2024). Carbon Capture, Utilization, and Storage in Indonesia: An Update on Storage Capacity, Current Status, Economic Viability, and Policy. Energy Geoscience, Vol. 5, 100335.
  • Ritchie, H., & Roser, M. (2023). CO₂ and Greenhouse Gas Emissions. Our World in Data.
  • Zhang, L., & Lau, H. (2022). Carbon Storage Assessment in Southeast Asia. Energy Reports, 8, 1250–1265.
  • Bokka, S., & Lau, H. (2023). Economic Feasibility of Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) in Developing Economies. International Journal of Greenhouse Gas Control, 127, 103765.
  • Sidemen. (2023). Current Landscape of CCUS Development in Indonesia.
Kategori
News Article

Laboratorium EOR ITB Goes to Korea: Merajut Kebersamaan dan Inovasi Baru

Sejalan dengan semangat OGRINDO (Oil and Gas Recovery for Indonesia) dalam memperkuat kolaborasi riset dan inovasi energi nasional, Laboratorium EOR ITB terus berupaya membangun sinergi tidak hanya dalam bidang penelitian, tetapi juga dalam kebersamaan tim yang menjadi fondasi setiap langkah inovasi.

Melalui kegiatan Laboratorium EOR ITB Goes to Korea pada 10–15 September 2025, tim berkesempatan menikmati suasana baru di luar laboratorium—menyatukan semangat, kreativitas, dan kekompakan dalam perjalanan penuh inspirasi di Negeri Ginseng.

Perjalanan yang Penuh Inspirasi

Gambar 1. Tim Lab EOR ITB bersiap memulai perjalanan menuju Korea Selatan dari Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno–Hatta, Jakarta.

Perjalanan dimulai dengan keberangkatan dari Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta menuju Incheon, dengan transit di Kuala Lumpur. Setibanya di Korea, tim langsung disambut pemandangan indah Songdo Central Park, diikuti kunjungan ke Nami Island, lokasi ikonik dari drama legendaris Winter Sonata. Hari kedua dilanjutkan ke Eunpyeong Hanok Village dan Gangnam COEX Mall, sebelum akhirnya beristirahat di hotel.

Gambar 2. Menikmati keindahan Songdo Central Park dan suasana ikonik Nami Island, lokasi legendaris drama Winter Sonata.
Gambar 3. Jalan-jalan di Eunpyeong Hanok Village, kawasan tradisional yang memadukan arsitektur Korea klasik dengan latar pegunungan indah.

Hari ketiga diisi dengan eksplorasi budaya dan sejarah, dimulai dari Gyeongbokgung Palace, melewati Blue House dan Gwanghwamun Square untuk melihat Patung Raja Sejong Agung serta Patung Laksamana Yi Sun-Shin yang bersejarah. Tim juga mengunjungi Donuimun Museum Village, Itaewon Mosque, dan menikmati panorama kota dari Namsan Seoul Tower.

Gambar 4. Mengenal sejarah dan kebudayaan Korea di Gyeongbokgung Palace, istana megah peninggalan Dinasti Joseon.

Selanjutnya, pada hari keempat, rombongan mengenal lebih dekat budaya dan gaya hidup Korea melalui kunjungan ke National Ginseng Museum, K-Cosmetic Shop, dan Amethyst Shop. Petualangan berlanjut ke HIKR Ground, Insadong Antique Street, Trick Eye Museum, dan Hongdae Youth Avenue, tempat suasana seni dan kreativitas muda terasa begitu hidup.

Hari kelima menjadi momen menyenangkan dengan kegiatan making kimbap dan hanbok wearing, diikuti sesi belanja di Duty Free Shop dan Myeongdong Street yang terkenal. Sebelum kembali ke tanah air, tim menyempatkan diri berbelanja oleh-oleh khas Korea di local supermarket, lalu menuju Incheon Airport untuk kembali ke Jakarta.

Gambar 5. Berpose ceria di Cheonggyecheon Stream, ruang publik ikonik di jantung Kota Seoul yang dipenuhi karya seni dan kreativitas.

Team Building: Dari Laboratorium ke Kehangatan Kebersamaan

Meski perjalanan kali ini tidak berfokus pada kunjungan laboratorium, nilai kebersamaan dan kerja sama tim menjadi inti dari seluruh rangkaian kegiatan. Di setiap destinasi, para anggota tim saling berbagi cerita, tawa, dan pengalaman baru yang mempererat hubungan satu sama lain.

Kegiatan team building yang dikemas secara santai ini menjadi wadah refleksi bagi para peneliti dan staf untuk mengenal lebih dalam rekan-rekannya di luar konteks profesional. Dari sinilah tumbuh rasa saling percaya dan kekompakan yang akan terbawa kembali ke lingkungan riset.

Gambar 6. Rangkaian momen kebersamaan tim Lab EOR ITB selama Goes to Korea 2025—menyatukan semangat, kreativitas, dan kolaborasi di luar laboratorium.

Membawa Semangat Baru ke Laboratorium

Sepulang dari Korea, tim Laboratorium EOR ITB membawa lebih dari sekadar kenangan indah. Perjalanan ini menjadi sumber energi baru—membangkitkan motivasi, semangat kolaboratif, dan rasa syukur untuk terus berkontribusi dalam riset energi berkelanjutan.

Inovasi tidak hanya tumbuh dari laboratorium, tetapi juga dari manusia di baliknya: tim yang solid, kreatif, dan berjiwa kolaboratif. Dengan semangat baru dari perjalanan ini, Laboratorium EOR ITB siap melanjutkan langkah bersama OGRINDO menuju masa depan energi Indonesia yang lebih inovatif dan berkelanjutan.

✨ Laboratorium EOR ITB – Menyatukan Sains, Inovasi, dan Kebersamaan untuk Masa Depan Energi Indonesia
📧 Untuk informasi dan kolaborasi riset, hubungi: info@ogrindoitb.com